Senin, 09 Mei 2011
:: Museum Ulen Sentalu ::
Museum ini terletak di Kliurang…tepatnya di depan wisma Kinasih, Belakang Lapangan Tenis, di atas Kali Boyong (yang banyak penambang pasirnya).
Belum pernah masuk si….tapi beberapa kali di depannya… di pelataran luas sebelah barat..dimana kita bisa meliht pemandangan yang luar biasa kueren. Sering banget maen kesana. Bisa seharian gak pulang betah banget..
Ne ada info tentang ulen sentalu..nyontek dari punta tetangga…
http://gubrakz.gustiasmara.com
Ullen Sentalu merupakan akronim dari “ULating blENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala Lampu Blencong sebagai Petunjuk Manusia dalam Melangkah Meniti Kehidupan”. Filosofi tersebut diambil dari lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit, yaitu blencong. Blencong ini merupakan cahaya yang selau bergerak dalam pertunjukan wayang, diibaratkan sebagai mentari yang menyinari jagat raya, dan manusia harus bergerak untuk menjalani kehidupan.
Museum Ullen Sentalu mulai dirintis pembangunannya pada tahun 1994, lalu selesai dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1997 ini dikelola oleh Yayasan Ulating Blencong, sebuah yayasan swasta yang dekat dengan “trah” Kraton yang sangat peduli terhadap seni dan budaya Jawa yang Adiluhung.
Museum didirikan di lahan seluas 11.990 m² di dalam Taman Kaswargan, Ullen Sentalu adalah museum yang menghadirkan warisan budaya yang bersifat intangible (tidak berwujud benda) seperti perjalanan sejarah kerajaan Mataram Islam, terutama figur putri-putri keraton, serta ragam batik yang cenderung rentan untuk pudar dan punah. Semua dihadirkan melalui karya-karya fine arts yaitu media yang dengan bebas bisa mewujudkan dan bahkan menampilkan warisan budaya secara tangible untuk dikomunikasikan dan menghadirkan realita yang dikehendaki serta selaras dengan apresiasi seni masa kini. Ini bertujuan agar lebih mudah dalam mengkomunikasikan materi obyek museum kepada pengunjung. Dengan konsep “jendela”, Ullen Sentalu berusaha mengungkapkan proses peradaban dengan menampilkan karya-karya yang mampu membuka celah untuk memasuki proses peradaban sehingga dapat menjelajah waktu dan ruang dari jaman Mataram Islam bahkan sampai mundur ke belakang ke era klasik.
Sejuknya hawa pegunungan dan rimbunnya pepohonan yang tertata dengan apik langsung menyambut para pengunjung begitu mereka memasuki areal Ullen Sentalu. Nuansa asri dan natural ini dipertahankan jauh sebelum museum ini berdiri. Maklum saja, pada awalnya tempat ini merupakan kawasan hutan pinus. Agar pengunjung dapat lebih nyaman dan mengerti mengenai museum ini, disediakan guide yang bisa menjadi pemandu kamu selama kunjungan. Ada 2 areal yang luas dengan banyak hal menarik, yaitu ruang Guwo Selo Giri dan Kampung Kambang.
Ruang Guwo Selo Giri, sebuah ruangan bawah tanah dengan arsitektural bergaya Jawa-Eropa. Sesuai dengan namanya, Guwo Selo Giri merupakan sebuah lorong panjang bawah tanah, bentuknya mirip perpaduan antara sumur Gumuling Tamansari dengan gaya kastil Eropa. Walau bernuansa kastil, tapi aroma harum bunga ceplok piring yang menyergap begitu pengunjung memasuki ruangan ini harum akan mengembalikan imajinasi ke jaman kerajaan Jawa Klasik. Di sini, dipamerkan karya-karya lukis dokumentasi dari tokoh-tokoh Mataram, terutama putri keraton, yang mampu mewakili figur 4 kraton dari Dinasti Mataram.
Putri-putri ini tak hanya keturunan bangsawan semata, namun di sini juga dipaparkan bagaimana peranan dan sumbangsih mereka terhadap dunia di sekitar mereka. Salah satunya adalah cerita mengenai BRAy. Partini Djayadiningrat, nenek Dimas Jay, yang ternyata merupakan seorang penulis novel wanita terkenal di jamannya. Salah satu karya beliau yang tetap dikenang hingga kini adalah Ande-Ande Lumut. Dalam novel itu, ia memakai nama Antipurbani. Ruang Guwo Selo Giri memang lebih banyak bercerita mengenai tokoh-tokoh putri kraton yang memiliki talenta-talenta luar biasa, seperti Gusti Siti Nurul yang cantik rupawan dan merupakan putri kraton yang ternyata tidak setuju dengan terjadinya poligami di kalangan para bangsawan.
Selain menampilkan figur-figur Kraton, dipamerkan pula beberapa dokumentasi yang cukup fenomenal seperti karya Kasian Cephas, seorang juru foto atau fotografer kenamaan yang kerap dipercaya keluarga Kraton pada masa pemerintahan Sultan HB VII atau sekitar tahun 1880-an, yang bertemakan Dhenok atau berarti anak perempuan. Dalam karya fotonya tersebut Cephas mengabadikan keeksotisan gadis Jawa yang berasal dari rakyat kebanyakan, para gadis tersebut berpose layaknya seorang fotomodel pada masa sekarang. Menurut Yuni, tour guide-ku sewaktu ke Ullen Sentalu, foto-foto karya Cephas yang sekarang mungkin untuk orang awam terlihat biasa saja, pada masanya sudah dapat dikategorikan sebagai pornografi. Ini tampak dalam salah satu foto dengan model seorang perempuan yang berselimutkan kain menutupi dada hingga lututnya. “Dulu seorang wanita Jawa tidak boleh menaikkan kainnya melebihi 3 cm dari mata kaki, karena dianggap tidak sopan,” terangnya.
Lalu dari Guwo Selo Giri, terus menuju ke Kampung Kambang. Kampung Kambang merupakan beberapa bangunan yang dibangun di atas kolam besar, seolah-olah kita sedang berjalan diatas permukaan air
Ruang pertama dari Kampung Kambang adalah Balai Sekar Kedaton yang dipersembahkan untuk GRAj. Koes Sapariyam yang lebih akrab disapa Tineke. Dahulu Tineke sempat memiliki kisah cinta yang tidak direstui dan ruangan ini menjadi saksi bisu betapa kawan-kawan Tineke selalu memberikan dukungan kepadanya melalui surat-surat yang pernah dikirimkan dalam kurun waktu 1939-1947. Seluruh surat itu masih dalam kondisi yang baik sehingga kamu tidak akan menemui kesulitan untuk membacanya selain sudah ada salinan dan terjemahan ke beberapa bahasa. Umumnya semua surat dilampiri dengan foto si pengirim dan isi surat cenderung berbentuk puisi. Salah satu puisinya mengungkapkan tentang inti kebahagian, yaitu ketika manusia mampu menebar cinta pada lingkungannya, bahkan pada lingkungan yang penuh dosa sekalipun.
Adapula salah satu surat yang bila diterjemahkan akan berbunyi :
Kupu tanpa sayapTak ada di dunia ini
Mawar tanpa duri
Jarang ada atau boleh dikata tidak ada
Persahabatan tanpa cacat
Juga jarang terjadi
Tetapi cinta tanpa kepercayaan
Adalah suatu bualan terbesar di dunia ini
Ruang berikutnya bernama Ruang Paes Ageng Yogyakarta, menampung kain batik dengan motif yang cocok untuk acara perkawinan. Beberapa motif adalah Sido Asih, Sido Mukti, Sido Drajat dan motif lain bernama awal “Sido” yang mesti dikenakan pasangan agar hidupnya bahagia. Motif Truntum, Truntum Wirasat dan Wirasat juga terdapat, merupakan motif batik yang mesti dikenakan orang tua pasangan sehingga bisa memberi tuntunan dan nasihat.
Ruang Vorstendlanden Batik atau Ruang Batik Jogja-Solo yang akan ditemui kemudian menampung sejumlah koleksi batik khas Yogyakarta dan Solo. Salah satu motif yang legendaris adalah batik motif bintang yang dibuat oleh seorang permaisuri Kraton Surakarta. Motif tersebut dibuat karena setiap malam sang permaisuri sering melihat bintang kala malam saat kesepian karena raja lebih sering bersama selir. Motif batik bintang ini sanggup membuat sang permaisuri diperhatikan lagi oleh raja.
Di Ruang Batik Pesisiran, atau batik yang berkembang di wilayah pesisir seperti Cirebon dan Indramayu, kamu akan menjumpai beberapa motif batik dan kain kebaya bordir yang unik. Motif batik di ruangan ini umumnya lebih kaya warna namun minim filosofi, berbeda dengan batik Jogja-Solo yang warnanya cenderung monoton namun lebih kaya filosofi. Sementara, kebaya berbordir bisa dikatakan unik karena masih dibuat dengan mesin manual namun kualitasnya tak tertandingi.
Ruang Putri Dambaan yang menjadi penghujung penjelajahan, akan memberikan gambaran pada kamu sosok Putri Nurul Kusumawardani, seorang putri keraton yang hobi berkuda, tenis dan renang. Putri yang sempat dilamar Presiden Soekarno dan Hamengkubuwono IX ini menjadi salah satu wanita yang menonjol di kalangan Kraton, karena pandai menari dan menolak poligami. Salah satu foto menggambarkannya sedang menari di Belanda dengan diiringi gamelan yang dimainkan di Kraton Surakarta dan disiarkan live melalui radio di Belanda.
Lepas berkeliling, kamu akan disuguh dengan Kusmayana Drink, minuman istimewa resep putri Kusmayana yang dipercaya dapat membuat awet muda, terdiri dari jahe, kayu manis, gula jawa, sedikit garam dan daun pandan. Minuman itu bisa dinikmati sambil memasuki art shop yang menjual beragam souvenir serba batik, mulai dari topeng, baju, kaos dan perhiasan batik kayu. Juga bisa berkeliling taman yang berada wilayah sekitar museum.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar